Sukma: Kata-kata Itu Menyakitkan

Sukma sebelum operasi sumbing - "Bibir sumbing saya yang belum diperbaiki memaksa saya untuk putus sekolah dan menjalani seluruh hidup saya dalam rasa malu, padahal operasi Smile Train gratis yang hanya berjarak 30 km sudah menunggu. Itu akan mengubah segalanya."

Amir mengkhawatirkan kelahiran anak kelimanya. Dia harus mencari cara untuk menghidupi keluarganya dengan penghasilan sekitar Rp500.000 ($36) per bulan, sebagai seorang petani padi miskin yang tinggal di Jawa Barat, Indonesia. Ketika anak laki-lakinya Sukma lahir dengan celah bibir, Amir tidak tahu apa yang harus dilakukannya.

Persediaan berasnya yang sedikit, yang seharusnya dijual untuk mendapatkan penghasilan, cepat habis untuk memberi makan keluarganya, sehingga Amir harus menerima satu-satunya pekerjaan yang bisa ia dapatkan: memanggul batu dari gunung. Amir menghabiskan waktu luangnya yang sedikit untuk mencari bantuan bagi Sukma. Amir mencari operasi celah bibir cuma-cuma bagi anaknya, dan dia putus asa ketika dua kelompok misi celah bibir menolaknya tanpa penjelasan apapun.

Ayahnya bercerita,ketika Sukma mulai bersekolah, tiap hari sepulang sekolah dia menangis. Dia membenci ejekan teman-teman sekolah dan guru-gurunya di sekolah, tapi katanya, yang paling menyakitkan adalah ketika orang yang sama sekali asing mengejeknya. Karena frustrasi dan situasi keuangan keluarga, Sukma meninggalkan sekolah dasar.

Sukma setelah operasi sumbing

Kemudian Sukma bekerja untuk membantu keluarganya dan dia mengatakan bahwa selama 17 tahun dia menanggung malu karena celah bibir yang tidak diperbaiki. Setelah menunggu selama 17 tahun, Sukma mendengar kabar mengenai mitra lokal Smile Train, yaitu rumah sakit Obor Berkat dan operasi celah bibir cuma-cuma yang mereka sediakan sepanjang tahun.

Pada hari operasinya, Sukma mengatakan bahwa dia takut tapi juga bersemangat. “Karena celah bibir yang tidak diperbaiki saya terpaksa putus sekolah dan menanggung malu sepanjang hidup saya, padahal operasi cuma-cuma Smile Train menanti, hanya 30 kilometer dari sini. Hal itu seharusnya mengubah segalanya,” katanya.

Setelah operasinya, Sukma melaporkan bahwa ayahnya tidak percaya perubahan yang terjadi padanya. “Dia terus mengatakan bahwa saya tampan.” Sambil menatap masa depan, dengan bahagia Sukma mulai kehidupan barunya setelah penantian selama 17 tahun.